Legenda asal-usul Pulau Tulas
Ada sebuah cerita rakyat masyarakat Batak tentang terjadinya sebuah pulau di Danau Toba. Namun bukan Pulau Samosir, melainkan pulau tulas.
Pulau tulas tak berpenghuni ini terletak di desa Siboro, Kecamatan Sianjur mulamula, Kabupaten Samosir
yang luasnya sekitar 20 hektar.
Munculnya pulau ini terkait dengan mitos perselisihan Guru Helung yang juga disebut Namartua Dolok Sinabung yang ada di tanah Karo sekarang. Setelah Guru Helung bertapa dan bermeditasi di Gunung Sinabung akhirnya dia mendapat berkat berupa kesaktian yang sangat tangguh. Karena kesaktian itu rasa sombongnya untuk menjadi manusia paling sakti mendorong hatinya untuk menguji kesaktian pamannya sendiri yaitu Ompu Namartua Pusuk Buhit yang pada saat itu sudah menyandang Gelar Raja Uti dari Ompu Mulajadi Nabolon.
Tentu saja sebagai orang yang sudah suci hatinya Raja Uti tidak mau mempertontonkan kesuciannya dengan menerima tantangan dari Guru Helung. Raja Uti kemudian memanggil keponakannya yang juga merupakan Abang Guru Helung yaitu Guru Sodopangon untuk menjawab terkait tantangan Guru Helung. Di sini Raja Uti berharap bahwa jika Guru Helung dihadapkan dengan abangnya sendiri maka Guru Helung akan menyurutkan niatnya ternyata tidak, sehingga pertempuran dan adu kesaktian tidak bisa dihindari. Pertarungan jarak jauh pun terjadi antara Pusuk Buhit dan Sinabung. Berbagai kesaktian diuji Guru Helung untuk menundukkan Gunung Pusuk Buhit, tetapi Gunung Pusuk Buhit menundukkan ilmunya dan hanya menghindari serangan Sinabung.
Hal itu membuat hati Guru Helung semakin panas dan emosinya meningkat. Akhirnya Guru Helung dengan Gunung Sinabungnya mendatangi Gunung Pusuk Buhit. Pertarungan fisik pun tidak bisa dihindarkan lagi. Akhirnya di dalam pertempuran itu Ompu Namartua Pusuk Buhit alias Raja Uti menyuruh Guru Sodompangon mengambil daun lalang untuk lebih dulu menghadapi Namartua Gunung Sinabung, sedangkan Namartua Gunung Sinabung menggunakan seutas tali. Guru Sodompangun pun memotong leher Namartua Gunung Sinabung. Pada saat leher Namartua Gunung Sinabung terpotong, kepalanya jatuh di Silinjuang, di daerah Limbong sekarang, di kecamatan Sianjur Mulamula, dan kemudian dibelah serta diletakkan erat di tanah agar tidak bisa kembali ke asalnya. Kejadian itu menjadi pelajaran bagi keturunan Si Raja Batak bahwa untuk melawan semua ilmu hitam pergunakanlah bumi, maka kekuatan hitam akan dapat ditaklukkan.
Akan tetapi pada saat yang sama juga Namartua Gunung Sinabung masih sempat melawan dan mengarahkan talinya ke leher Gunung Namarrtua Pusuk Buhit. Leher gunung Pusuk Buhit terpotong tali tetapi terjatuh ke Danau Toba. Itulah Pulau Tulas. Karena itu Pulau Tulas adalah sebuah bukti mitos orang Batak dulunya yang diyakini sebagai bagian dari Gunung Pusuk Buhit atau kepala Gunung Pusuk Buhit. Itu pula sebabnya pulau tersebut disakralkan.
Dalam bahasa Batak, Tulas memiliki arti curang, tidak tulus atau berontak sehingga pulau ini menjadi prasasti peringatan akan pemberontakan keturunan Batak terhadap nenek moyangnya.
Saat ini pulau Tulas menjadi obyek wisata. Banyak wisatawan untuk menyaksikan keindahan alam di kawasan pulau Tulas dengan hamparan danau yang luas dan bukit-bukit yang indah. Lokasi ini juga tempat yang keren untuk foto prewed. Namun untuk bisa ke pulau Tulas kamu harus menyewa kapal kayu milik masyarakat setempat. Untuk sampai ke daerah ini juga cukup mudah, hanya sekitar 20 sampai 30 menit dari Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir. Sekitar kawasan ini juga ada pemandian air panas dan sejumlah coffee shop yang keren. Datanglah kemari dan nikmati keajaiban alam di sini.
Komentar
Posting Komentar