Relief batu dulu di kampung Siboro

Menurut buku "Steenplastiek in Simaloengoen" tulisan Tichelman, Gerard Louwrens dan Voorhoeve, Petrus, yang diterbitkan tahun 1938, di kampung (huta) Siboro di Simalungun, ada relief batu yang dulunya disembah masyarakat:


138. Pangulubalang di Huta Siboro.

- Ukuran: Tinggi 59 cm; keliling 80 cm.
- Deskripsi: Kepala besar, hidung rusak, tangan dalam posisi sembah di depan dada.
- Pemuliaan: Pada masa ayah dari Tuan Siboro yang sekarang, pangulubalang ini masih dihormati secara teratur, tetapi saat ini tidak lagi. Dahulu, orang memberikan persembahan ketika ada penyakit, hama pada tanaman padi, dan di masa lalu saat terjadi perang. Persembahan yang diberikan meliputi seekor anjing (asu sunggam balanga), ayam jantan dan betina berwarna cokelat, ikan, dan lain-lain. Pangulu meminta setiap warga memberikan kontribusi sebesar 5 sen untuk persembahan ini.
- Asal-usul: Pangulubalang ini dibuat pada masa pemerintahan kakek (atau leluhur?) dari Tuan Siboro yang sekarang.


Sebagai catatan, pangulubalang adalah istilah dalam budaya Batak yang merujuk pada patung atau arca batu yang dianggap memiliki kekuatan magis dan berfungsi sebagai pelindung desa atau kelompok tertentu. Dalam kepercayaan tradisional Batak, pangulubalang sering digunakan sebagai penjaga kampung (huta) untuk melindungi masyarakat dari roh jahat, penyakit, atau musuh. Patung ini biasanya ditempatkan di tempat strategis dan dipercaya memiliki kekuatan supranatural yang dapat diaktifkan melalui ritual dan persembahan.

Apakah masih ada sekarang relief batu ini di Kecamatan Purba, Simalungun?

Menurut info dari internet, ada batu serupa di Tungtung Batu, Pakpak Bharat, yang disebut Mejan Cibro Tungtung Batu. Di daerah Pakpak Bharat, Sumatera Utara, "mejan" merujuk pada patung sakral dari batu yang diukir oleh leluhur. Patung-patung ini berfungsi sebagai penjaga kampung, simbol peradaban kuno, dan kebanggaan bagi masyarakat Pakpak.


Menurut info internet tersebut, Mejan Cibro Tungtung Batu ini sama persis dengan pangulubalang di Pematang Purba. Hal ini menarik sebab Cibro dan Siboro adalah marga yang bersaudara, sesama keturunan dari Datu Parulas Parultop Purba Sigulang Batu. Mejan ini dilaporkan di halaman 39 dari "Situs Dan Objek Arkeologi Di Kabupaten Pakpak Bharat Dan Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara" terbitan Balai Arkeologi Medan (Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi Nasional) tahun 2009, sebagai berikut:


B.4.2. Patung Pangulubalang

Sebuah patung pangulubalang terletak di lokasi kebun durian penduduk, yang masih
termasuk wilayah Desa Tungtung Batu, Kecamatan Parongil, Kabupaten Dairi. Posisi
patung pangulubalang terletak pada 02° 49' 08.1" LU dan 098° 07' 38.3" BT pada
ketinggian 588 meter dpi. Lahan yang digunakan berukuran 5 meter x 4 meter dengan pembatas berupa tembok bata. Pintu masuk berbahan besi berada di sisi tenggara. Adapun patungnya sendiri diletakkan di bagian tengah lahan tersebut, dalam semacam jirat berukuran 1,5 meter x 1 meter. Patung terbuat dari bahan batuan sedimen berukuran tinggi 46 cm dengan lebar 22 cm dan tebal 22 cm. Patung ini diletakkan dengan arah hadap utara. Informasi tempatan menyebutkan bahwa lokasi patung merupakan bekas perkampungan lama yang sudah ditinggalkan (lebbuh). 


 Di Google Maps, titik 02° 49' 08.1" LU dan 098° 07' 38.3" BT lokasinya adalah di sini

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenai situs "Marga Siboro"

Siboro versus Lumban Raja (2)

Silsilah Marga Cibro