Datu Parultop dan Datu Parulas (5)

 Oleh Drs. Djabintang Hasiholan Siboro (6 Oktober 2023)

(Lihat bagian 123 dan 4 sebelum membaca bagian 5 ini)

Jiwa pengembara dan berkelana sdh menjadi karakter Datu Parulas Parultop (DPP), maka tibalah waktu melangkahkan kaki, meninggalkan kampung/huta Siboro Gaung Gaung dan tidak lupa membawa ultopnya. Angin berhembus entah dari mana datangnya, dan entah kemana perginya, tapi DPP tahu dari mana datangnya, namun tdk tahu pasti perginya kemana. Dalam perjalanannya DPP memilih berjalan kaki sambil mangultop burung. Kalau mau... konon DPP berkat kesaktiannya dapat juga berjalan diatas air mengarungi Danau Toba, dengan memakai sarana bulung sukkit, yaitu sejenis palem hutan.

Dengan nengikuti irama kemana kaki melangkah, DPP menyusuri pesisir utara dan pesisir barat pantai Danau Toba. Kampung demi kampung dilalui, dan waktu itu penduduk kampung2 yg dilalui belum banyak, terkadang DPP berhenti utk beristirahat dan bermalam di suatu kampung. Usai beristirahat dan bermalan, DPP melanjutkan perjalanannya melalui, antara lain Baluhat, Soping, Sibolangit. Sesampainya di daerah Tongging, DPP terpana melihat seekor burung yg sangat indah dan bagus bulunya, hinggap di sebuah pohon besar dan rindang. DPP ingin menangkap burung itu hidup hidup, tetapi tdk tertangkap lalu diultopnya. Namun begitu anak panah ultopnya melesat, burungnya sdh lebih terbang. DPP mengikuti burung itu terus menerus kemana arah terbangnya. Kali ini DPP menggelengkan kepalanya, lalu termenung berpikir: "Biasanya kalau saya mangultop burung pasti kena dan dapat. Mengapa kali ini saya gagal, ada apa gerangan? Sungguh burung itu sangat bagus dan indah." Pikir DPP.

Kemana arah terbangnya burung terus diikuti dan tanpa disadari DPP sdh melewati daerah Paropo, Silalahi Nabolak, Binangara, Hasinggan, Bonandolok dan akhirnya sampai di muara sungai (binanga) Tulas. 

Aneh...begitu DPP tiba di muara pantai Tulas, seketika itu juga burung yg bulunya bagus dan indah lalu menghilang, tidak jelihatan lagi. DPP tertegun, kemana burung itu? Pikirnya. Dengan hilangnya burung itu, DPP merasakan semangatnya menurun dan lelah. Agak lama DPP termenung memikirkan perjalanannya, kemana lagi kaki melangkah...? Utk menghilangkan rasa lelah DPP mencoba menyeduk air sungai itu dgn kedua telapak tangannya, lalu meminumnya dan ternyata sangat segar. Ketika DPP selesai meminum air sungai Tulas, tidak berapa lama kemudian terlihat ada sekam dan batang padi (sobuon dohot toras ni eme) terbawa arus sungai dari dari hulu. Ketika itu di sekitar pantai Tulas belum ada penduduk. Dengan  melihat sobuon dohot toras ni eme (sekam dan batang padi), DPP berpikir: " Dihulu sungai ini pasti ada penduduk."

Meskipun belum lupa dgn burung yg sudah menghilang dari pandangan mata, DPP sdh kembali muncul semangatnya, lalu memutuskan untuk berjalan ke hulu mengikuti tepian sungai yg penuh bebatuan, dan akhirnya sampailah di kampung (luat) negeri Sagala. Ketika sdh menginjakkan kaki di Sagala DPP memandang ke sekeliling, Dia melihat keadaan sunyi sepi, apakah penduduk disini tdk ada? Kalau penduduk tdk ada, kenapa rumah rumah ada, tapi pintunya dalam keadaan  tertutup semuanya, ada apa ini?. Sesaat DPP melayangkan pandangannya ke Gunung Pusuk Buhit dimana kampung (negeri) Sagala berada di kaki gunung ini. Teringatlah DPP ketika memandang gunung ini dari bukit Siboro Gaung Gaung yg sempat menggugah jiwa dan perasaannya. Teringat pula dengan sejarah yg dituturkan oleh para leluhur, bahwa Pusuk Buhit Sianjur Mula Mula adalah kampung permukiman pertama yg didirikan Op.Siraja Batak, leluhur semua orang batak. DPP juga melayangkan pandangannya pada hamparan lembah persawahan subur negeri Sagala. Dan kemudian melihat juga, bahwa negeri Sagala adalah lembah berdingdingkan bukit di sekelilingnya. Dinding dinding bukit ini bisa menangkal dan mengurangi  kencangnya angin malam yg dingin.

Tanpa disadari, rupanya ada seseorang penduduk yg bersembunyi sambil mengintai (martagopgop) mengetahui keberadaan DPP, kemudian mereka secara tdk sengaja saling beradu mata dan beradu pandang.

DPP            : "Horas Lae!" kata DPP menyapa orang itu.

Penduduk : Merasa kaget, tdk mengira DPP melihat dia, dgn tergopoh orang itu berdiri, lalu menjawab: " Horas ma Amangboru." dan mereka pun saling berjabat tangan.

DPP           : "Boasa tutup sude pintu ni jabu di hutaon.?" (mengapa semua rumah pintunya tertutup).

Penduduk : " Olo Amangboru, alai tu jabu ma jo hita, pinatorang pe annon." (ya Amangboru, tapi sebaiknya marilah kita ke rumah dahulu, nanti saya akan jekaskan).

(Bersambung ke bagian 6)

(Gambar adalah sekedar ilustrasi, diambil dari https://info637247.wixsite.com/tribalartgilliams/batak)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Datu Parultop dan Datu Parulas (1)

Mengenai situs "Marga Siboro"

Huta Haranggaol: Tempat asal marga Siboro